Kamis, 13 Desember 2012

BUDIDAYA UBI KAYU






BUDIDAYA UBI KAYU

SYARAT TUMBUH
Sebetulnya tanaman ubi kayu dapat ditanam di mana saja, namun akan lebih baik jika ditanam pada daerah yang sesuai dengan habitatnya atau keinginannya untuk tumbuh baik.  Secara umum syarat tumbuh tanaman ubi kayu yang optimal adalah sebagai berikut :
a)   Curah hujan, tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah
hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujanrendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm).Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760-1015 mm per tahun.Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik
b)   Suhu udara, tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18o-35oC. Pada suhu di bawah   10oC pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat.
c)   Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%.
d)   Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
e)   Ketinggian tempat yang baik dan ideal adalah 10 – 700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10 – 1.500 m dpl.
f)   Tanah, Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya.
Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah
Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik
h)   Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netrai bagi pertumbuhan tanaman ketela pohon.

BUDIDAYA UBI KAYU

Persyaratan dan Penyiapan Bibit
Tanaman ubi kayu biasanya diperbanyak dengan menggunakan stek batang.Namun, tanaman ini juga dapat diperbanyak dengan menumbuhkan bijinya. Cara ini hanya digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman, bukan untuk budidaya, karena membutuhkan proses dan waktu yang lama. Keuntungan melakukan perbanyakan tanaman dengan menggunakan stek adalah waktunya lebih cepat dan hasilnya pun akan sama dengan tanaman induknya.
Syarat bibit yang baik untuk bertanam singkong adalah sebagai berikut :
a.       Bibit berasal dari tanaman induk yang cukup tua (8-12 bulan), dan stek diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu.
b.       Pertumbuhan induk harus normal, sehat, serta seragam.
c.       Batangnya telah berkayu dan berdiameter > 5 cm, dan lurus.
d.      Belum tumbuh tunas-tunas baru.
e.        Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang dari 30 hari setelah panen. Pada beberapa kultivar, seperti Rayong 3 dan Rayong 90, masa simpan stek selama 15 hari setelah panen.
f.        Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak, disimpan di bawah naungan.
g.         Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling sedikit 10 mata.
h.      Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insektisida dan fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyaki
Setelah dipilih batang dari pohon induk yang memenuhi syarat, kemudian dilakukan
penyiapan bibit.
Tahapan penyiapan bibit  ubi kayu meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)     Bibit berupa stek batang dengan panjang sekitar 20 cm atau memiliki 4 mata.
b)     Pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c)     Stek yang terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara
25-50 batang stek.
d)     Semua ikatan stek yang dibutuhkan kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

Hal penting yang harus diperhatikan pada saat penyiapan bibit ini adalah bahwa :
-    Ukuran panjang bibit harus seragam, agar pertumbuhannya pun seragam.
-    Alat pemotong  yang digunakan untuk memotong-motong batang singkong
calon bibit harus tajam, sehingga memungkinkan satu kali tebasan cukup untuk
memotong batang singkong.  Mengapa harus tajam ?  karena apabila kurang
tajam dikhawatirkan pemotongan yang berulang-ulang pada calon stek batang
akan mengakibatkan luka yang berlebihan, sehingga merusak calon bibit.
Adanya luka memungkinkan terjadinya serangan patogen yang menyebabkan
penyakit.


Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan  :
-    untuk memperbaiki kondisi tanah yang tadinya padat menjadi lebih gembur,
-    membersihkan kebun yang akan ditanami dari gulma,
-    sebagai bagian dari kegiatan sanitasi atau kebersihan lingkungan, sehingga
tempat hidupnya sumber-sumber penyakit dan hama dapat dibersihkan.

Pengolahan tanah berdasarkan jenis tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1.  Tanah ringan atau gembur : tanah cukup dibajak atau dicangkul satu kali,
kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami.
2.  Tanah agak berat : tanah dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian diratakan
dan dibuat bedengan atau guludan, untuk selanjutnya ditanami.
3.  Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua kali atau
lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai saluran
drainase, penanaman dilakukan di atas guludan.

Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, penolahan tanah harus dikelola
dengan sistem konservasi, yaitu:
1.   Tanpa olah tanah.
2.   Pengolahan tanah minimal adalah pengolahan tanah secara larik atau
individual.
Pengolahan tanah ini efektif untuk mengendalikan erosi, tetapi hasil ubi kayu
pada umumnya rendah.
3.   Pengolahan tanah sempurna dengan sistem guludan kontur.
Pengolahan tanah sempurna didasarkan pada pencapaian hasil yang tinggi,
biaya pengolahan tanah dan pengendalian gulma rendah serta tingkat erosi
minimal. Dalam hal ini tanah dibajak dengan traktor 3-7 singkal piring atau
secara tradisional (dengan ternak) sebanyak 2 kali atau satu kali yang
diikuti dengan pembuatan guludan. Untuk lahan peka erosi, guludan juga
berperan sebagai pengendali erosi, sehinggaguludan dibuat searah kontur

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau bajak.
Untuk areal yang luas, sebaiknya digunakan traktor. Setelah tanah diolah dan
dibersihkan, selanjutnya dibuat bedengan ukuran yang dikehendaki.
Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan dan penyiangan.
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat
masam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit/kaptan (CaCOS). Dosis yang biasa digunakan untuk
pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha.
Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan
bedengan kasar, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
Penanaman
1.   Penentuan Pola Tanam
Pola tanam adalah sistem penanaman dalam berusaha tani.
-   Pola tanam monokultur
Jarak tanam yang digunakan dalam pola monokultur ada beberapa macam,
diantaranya adalah :
1.   1 m x 1 m (10.000 tanaman/ha),
2.   1 m x 0,8 m (12.500 tanaman/ha),
3.   1 m x 0,75 m (13.333 tanaman/ha),
4.   1 m x 0,5 m (20.000 tanaman/ha),
5.    0,8 m x 0,7 m (17.850 tanaman/ha), dan
6.    1 m x 0,7 m (14.285 tanaman/ha).

Pemilihan jarak tanam ini tergantung dari jenis varietas yang digunakan dan
tingkat kesuburan tanah. Untuk tanah-tanah yang subur digunakan jarak
tanam 1 m x 1 m; 1 m x 0,8 m; 1 m x 0,75 m maupun 1 m x 0,7 m.
Sedangkan untuk tanah-tanah miskin digunakan jarak tanam rapat yaitu
1 m x 0,5 m, 0,8 m x 0,7 m.
-   Pola tanam tumpang sari
Pola tumpangsari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu
sedemikian rupa sehingga ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami
dengan tanaman lain (kacang-kacangan, jagung maupun padi gogo).
Pengaturan jarak tanam ubi kayu diistilahkan dengan double row (baris
ganda). Ada beberapa pengaturan baris ganda pada ubi kayu,
diantaranya adalah :
1.  Jarak tanam baris ganda 2,6 m
Pada baris ganda 2,6 m ini, tanaman ubi kayu ditanam dengan jarak
tanam 0,6 m x 0,7 m x 2,6 m. Dimana 0,6 m merupakan jarak antar
barisan dan 0,7 m merupakan jarak di dalam barisan, sedangkan 2,6 m
merupakan jarak antar baris ganda ubi kayu.
Pada jarak antar baris ganda ubi kayu ini dapat ditanami dengan
tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah maupun kacang
hijau.
2.  Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 1 m x 2 m
Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 2 m dapat ditanami
dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah maupun
kacang hijau.
3.  Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 0,5 m x 4 m.
Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 4 m tersebut dapat
ditanami dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah
maupun kacang hijau.
2.  Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung atas stek ubi kayu
untuk menghindari tergenangnya air di batang agar tidak terjadi
pembusukkan atau menghindari patogen penyakit yang biasanya menyukai
tempat-tempat  yang lembab.  Stek batang kemudian ditanamkan sedalam
5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah.
Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
Lakukan pemberian pupuk pada saat penanaman.  Pupuk yang digunakan
sebagai pupuk dasar ini biasanya adalah pupuk kandang.  Pupuk diberikan
di sekeliling tanaman dengan diameter sekitar 100 cm.
Tanah disekeliling tanaman digali atau dibuat parit kecil.   Kemudian pupuk
ditaburkan  ke dalam parit tersebut.
Setelah itu ditutup dengan tanah dari bekas galian tadi. 
Pemeliharaan Tanaman
1.   Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati atau tumbuh tidak
normal, dengan bibit yang baru/cadangan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas agar tanaman
yang disulamkan tidak layu.  Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan
minggu kedua setelah penanaman. Penyulaman yang dilakukan pada minggu
ketiga atau dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak seragam.
2.   Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh di areal
pertanaman ubi kayu. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua)
kali penyiangan.  Alat yang digunakan dalam penyiangan ini dapat berupa
cangkul, kored atau parang, sambil menggemburkan kembali tanah.
Penyiangan harus dilakukan  hati-hati, jangan sampai alat yang kita gunakan
melukai tanaman ubi kayu.
3.  Pembumbunan
Cara pembumbunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman
dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembumbunan dapat bersamaan
dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Sama halnya
dengan penyiangan, pembumbunan penting dilakukan terutama agar umbi yang
terbentuk dalam tanah menjadi besar-besar. Jadi pembumbunan ini memberikan
keleluasaan pada akar agar dapat tumbuh dan berkembang  membentuk umbi
dengan baik.
4.   Perempelan/Pemangkasan
Pada budidaya tanaman ubi kayu perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan
tunas, karena minimal setiap pohon hanya mempunyai dua atau tiga cabang.
Hal ini dilakukan agar batang ubi kayu tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi
di musim tanam mendatang. Selain itu, konsentrasi pertumbuhan tanaman ubi
kayu akan lebih mengarah pada pembentukan umbi, bukan daun. Kecuali dalam
pembudidayaan  dengan tujuan untuk dipetik tunasnya.
5.   Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu diberikan pupuk organik ( pupuk
kandang, kompos dan pupuk hijau ) dan pupuk anorganik ( Urea, TSP, KCL ).
Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Volume pupuk organik yang baik untuk 1 hektar tanaman ubi kayu minimal
sebanyak 6 ton.
Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah.
Pupuk anorganik diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah.
Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman ubi kayu adalah :
-    Urea dengan dosis  133 – 200 kg/ ha,
-    SP-36 dengan dosis 60 – 100 kg/ ha,
-    KCl dengan dosis 120 – 200 kg/ ha
Cara pemberian pupuk adalah:
a.    Pupuk dasar  :
1/3 bagian dosis Urea dan KCl, serta seluruh dosis SP-36 diberikan pada
saat tanam.
b.    Pupuk susulan :
2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur
3 – 4 bulan.
6.   Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan singkong dari awal tanam sampai umur lebih dari empat atau lima
bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah
yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang
terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram
langsung, akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang paling baik
digunakan adalah sistem genangan, sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan
untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
7.   Pengendalian Hama dan Penyakit
Hingga saat ini belum ditemukan penyakit yang berarti bagi tanaman ubi kayu
dengan menggunakan varietas unggul, seperti Darul Hidayah. Namun demikian,
guna mencegah kemungkinan bila terdapat hama dan penyakit pada tanaman
ubi kayu maka di bawah ini terdapat beberapa hama dan penyakit untuk
diketahui.
Hama
a)     Uret (Xylenthropus)
Ciri  : berada dalam akar dari tanaman.
Gejala : tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan umbi
dirusak.
Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan
atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b)   Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri :   menyerang   pada   permukaan   bawah   daun   dengan menghisap
cairan daun tersebut.
Gejala : daun akan menjadi kering.
Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
Penyakit
a)   Bercak daun bakteri
Penyebab  : Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG. Gejala :  bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian : menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.

b)   Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri : hidup di daun, akar, dan batang.
Gejala : daun mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar,
batang, dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian :   melakukan   pergiliran   tanaman,   menanam varietas
yang tahan seperti Adira  1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

c)   Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab : cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : daun bercak-bercak coklat, mengering, terdapat lubang-lubang
bulat kecil dan jaringan daun mati.
Pengendalian : melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas
yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta
melakukan sanitasi kebun.
d)   Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab : cendawan yang hidup pada daun.
Gejala : adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian : memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun
dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
8.   PANEN
Ubi kayu dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang, warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ubi kayu adalah 6-8 bulan untuk varietas genjah dan 9-12 bulan untuk varietas dalam. Ubi kayu dipanen dengan cara menggunakan pengungkit atau mencabut batangnya secara langsung. Umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

                                   AGUSMAN GULO